PCM / Pulse Code Modulation atau Modulasi Kode Pulsa adalah salah satu teknik memproses
suatu sinyal analog menjadi sinyal digital melalui kode-kode pulsa. Proses-proses utama
pada sistem PCM, diantaranya Proses Sampling (Pencuplikan), Quantizing
(Kuantisasi), Coding (Pengkodean), Decoding (Pengkodean Kembali).
Frekuensi sampling harus lebih besar dari 2 x frekuensi yang disampling (sekurang-kurangnya memperoleh puncak dan lembah) [teorema Nyqust]
2. Quantisasi : Proses menentukan segmen-segmen dari amplitudo sampling dalam level-level kuantisasi
Amplitudo dari masing-masing sample dinyatakan dengan harga integer dari level kuantisasi yang terdekat
3. Pengkodean : proses mengubah (mengkodekan) besaran amplitudo sampling ke bentuk kode digital biner
4. Multiplexing : dari banyak input menjadi satu output
fungsi : Untuk penghematan transmisi
Menjadi dasar penyambungan digital
ket : LPF = Low Pass Filter
A/D = Analog to Digital
P/S = Paralel to Serial
Pada
Gambar A ditunjukkan diagram blok proses pengiriman pada PCM diantaranya:
Filter (LPF), Sampler, Quantizer dan Coder. Pada tahap pertama, sinyal input
(analog) dengan frekuensi fm masih bercampur dengan noise atau sinyal
lain yang berfrekuensi lebih tinggi. Untuk menghilangkan sinyal-sinyal yang
tidak di inginkan(noise) tersebut digunakan LPF (low pass filter)
seperti yang ditunjukkan Gambar B.
Ket : fm = frekuensi informasi
t = time / waktu
v = amplitudo / tegangan
Setelah
sinyal di filter, selanjutnya adalah pengambilan sample seperti yang
ditunjukkan pada Gambar A dan C. Frekuensi sampling (fs) harus lebih
besar atau sama dengan dua kali frekuensi sinyal informasi (fs ≥ 2fm) ;
sesuai dengan Theorema Nyquist. Sinyal output sampler disebut sinyal PAM (Pulse
Amplitudo Modulation).
Sinyal
PAM tersebut yang merupakan potongan dari sinyal aslinya kemudian diberi nilai
(level) sesuai dengan amplitudo dari masing-masing sample sinyal (Gambar C).
Jumlah pembagian level sinyal yang digunakan disuaikan dengan jumlah bit yang
di inginkan untuk mengkodekan satu sample sinyal PAM berdasarkan persamaan
berikut;
N adalah jumlah level sample yang di
ambil dan n adalah jumlah bit yang digunakan untuk mengkodekan satu
sinyal PAM. Misalkan sinyal-sinyal PAM tersebut akan dikodekan menjadi 4 bit
maka jumlah level yang akan diperoleh adalah;
Ket : LSB = Low Significant Band
MSB = Most Significant Band
Selanjutya, setiap sample yang telah terkuantisasi
masuk ke dalam blok CODER. Pada tahapan ini , sample sinyal yang masih
berbentuk analog dirubah menjadi biner dengan urutan serial. CODER sendiri
terdiri dari dua blok utama yaitu, A/D Converter yang berfungsi untuk
merubah sinyal analog menjadi biner, akan tetapi keluarannya masih dalam bentuk
parallel seperti yang di tunjukkan Gambar D, karenanya di butuhkan blok kedua
berupa P/S Converter agar deretan biner menjadi serial.
Ket : S/P = Serial to Parallel
D/A = Digital to Analog
Pada
penerima (Gambar E) sinyal yang masuk telah mengalami peredeman dan kembali
bercampur dengan berbagai sinyal lain yang tidak di inginkan (noise) selama
proses pengiriman, hal ini merusak sinyal informasi sehingga akan lebih sulit
untuk di proses. Karenanya, sinyal harus diperbaiki terlebih dahulu dengan
menggunakan “Regenerative Repeater” seperti yang ditunjukkan pada Gambar
E dan F.
Selanjutnya
dengan menggunakan prinsip yang sama, deretan sinyal biner yang telah
diperbaiki tersebut di rubah kembali menjadi bentuk analog melalui proses
DECODER. Sinyal yang masih merupakan deretan seri di rubah menjadi parallel dan
dikonversikan ke analog, sehingga output DECODER merupakan sinyal PAM seperti
yang terlihat pada Gambar E dan G. Sinyal PAM ini kemudian difilter dengan
menggunakn LPF untuk mengembalikannya menjadi sinyal informasi yang di
inginkan.
Sumber : http://syahigwan.blogspot.com/2015/10/pcm-pulse-code-modulation-modulasi-kode.html
Comments
Post a Comment